Euro tengah menantikan prospek yang suram. Mata uang tunggal Eropa telah berhasil turun ke titik terendah dua bulan terhadap dolar, dan ini jauh dari batas. Data ekonomi yang lemah dan prakiraan bahwa ECB akan bergerak ke fase aktif pelonggaran kebijakan moneter, dengan spesifik memberikan tekanan terhadap euro. Pasar memperkirakan kemungkinan penurunan suku bunga 10 poin pada Kamis sebesar 54%. Probabilitas tersebut meningkat setelah indeks pembelian manajer di zona euro secara tak terduga turun ke titik terendah 51,5 poin. Kini, ECB tentu saja akan mengumumkan pelonggaran kebijakan, atau fase baru program pelonggaran kuantitatif (QE). Mata uang tunggal euro dengan cepat menjadi lebih murah dan telah turun ke $ 1,1127, level terendah sejak 30 Mei. Jika momentum berlanjut, dalam beberapa hari ke depan, euro akan dapat memperbarui titik terendah dua tahun di $1,1105, yang dicapai bulan Mei.

Para trader yang memegang taruhan pada pelonggaran ECB memperkuat franc Swiss, yang diperdagangkan di 1,0980 franc per euro, dekat titik tertinggi dua tahun di 1,0972 yang dicapai hari Selasa. Franc yang menguat memberikan tekanan terhadap Bank Sentral Swiss untuk mengambil tindakan guna melindungi perekonomian, yang sangat bergantung pada ekspor. Prakiraan penurunan suku bunga di negara-negara maju memberikan tekanan pada mata uang-mata uang lainnya, seperti dolar Australia, yang anjlok 0,5%, ke titik terendah dua pekan di USD 0,6973. Penurunan harga bijih besi, yang terjadi tiga hari berturut-turut, dapat menyebabkan lebih banyak masalah bagi mata uang-mata uang yang sensitif terhadap harga komoditas. Dolar, sebaliknya, menguat setelah Washington mencapai kesepakatan atas kenaikan batas utang negara. Pound naik tipis dibanding dengan titik terendah baru-baru ini, setelah Boris Johnson menjadi perdana menteri Inggris Raya. Pound kemungkinan akan terus turun setelah kemunculan Johnson yang skeptis terhadap Uni Eropa sebagai perdana menteri.